Kamis, 29 Desember 2011

Proposal Skripsi Qinan


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Mendidik merupakan suatu pekerjaan yang mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman atau kepercayaan, semua ditangani oleh pendidik. Berarti mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia. (Made Pidarta, 2000: 2).
Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Keluarga merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama karena orang tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan dan dikatakan sebagai pendidik utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Keluarga yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik prilaku, budipekerti, maupun adat kebiasaan sehari-hari. Dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka akan dapat tumbuh dan  berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan didalam keluarga adalah untuk membina, membimbing, dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci.
Pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini anak dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya. Masa ini juga merupakan masa sensitif bagi anak, sebab apa yang dilihat dan apa yang didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak dikemudian hari. (Sarlito Wirawan Sarwono, 2000: 27).
Dengan demikian faktor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga mereka menjadi terbina, terdidik, dan belajar dari pengalaman langsung. Hal ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar daripada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang berlangsung didalamnya adalah pendidikan informal, dengan orang tua sebagai pendidik. Orang tua adalah pendidik kodrati. (Jalaluddin, 2002: 216).
Orang tua pendidik bagi anak-anaknya, karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugrah oleh Allah berupa naruri orang tua. Kasih sayang dan pengertian keluarga khususnya orang tua akan meninggalkan yang positif dalam perekembangan jiwa anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
Sebelum anak dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti berbicara, berhitung, membaca, menulis, dan sebagainya. Ketika anak mencapai usia belajar, maka orang tua harus bertanggung jawab memasukkan anaknya ke Sekolah dan membiayai pendidikannya. Orang tua bertanggung jawab untuk membina anak-anaknya dan mensejahterakan kehidupan mereka, adapun kesejahteraan anak itu meliputi segi fisik (jasmani) dan mental (rohani).
Tanggung jawab dalam segi mental (rohani) ini merupakan masalah penting karena kualitas pribadi anak merupakan dari hasil pembinaan mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggung jawab pembinaan mental rohani anak adalah menyekolahkan anak ke sekolah atau ke lembaga pendidikan.
Didalam lingkungan keluarga yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua (ayah dan ibu), orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam membantu mengembangkan potensi anak-anaknya. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap menusia.
Pendidikan merupakan suatu usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dalam Islam manusia dituntut untuk belajar dan juga mengajar. Kewajiban setiap individu orang Islam untuk menuntut ilmu dari sejak buayan hingga akhir hayat, hal tersebut merupakan perintah Allah melalui nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Nabi Muhammad senatiasa memberikan suri tauladan sekaligus mengajak kaumnya untuk senantiasa menuntut ilmu.
Adapun motivasi dan sekaligus anjuran untuk keutamaan memiliki ilmu pengetahuan sesuai dengan firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an pada surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ ….
Artinya : “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat….”. (Depag RI, 2005: 543)
Dengan belajar kita akan memperoleh ilmu, dengan belajar pula kita akan memperoleh pahala dari Allah Swt. Dan dengan ilmu hidup kita akan menjadi lebih berguna.
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan agar pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau setidaknya sama dengan pendidikan orang tua mereka, cita-cita dan dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan keberhasilan anak-anaknya di Sekolah.
Cara orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah berbeda satu sama lain, karena tingkat pendidikan yang berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan cara membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, karena tidak semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Cara membimbing anak dalam belajar di rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya.
Anak adalah amanah bagi para orang tuanya. Dia bagaikan kertas putih yang siap diwarnai dan dibentuk sesuai dengan keinginan orang tuanya. Selain itu dalam kefitrahannya, anak membawa potensi yang siap dikembangkan, baik melalui tangan orang tuannya, pendidik, maupun masyarakat sekitarnya karenanya orang tua harus pandai dan bijak dalam memberikan arahan, bimbingan, dan pendidikan bagi anak- anaknya. Hal ini sesuai dengan konsep yang di ajarkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam bahasa Jawa, yaitu; Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Artinya adalah jika pendidik sedang berada di depan maka hendaklah memberikan contoh teladan yang baik terhadap anak didiknya, jika berada di tengah-tengah anak didiknya, hendaklah ia dapat mendorong kemauan atau kehendak mereka, membangkitkan hasrat mereka untuk berinisiatif dan bertindak, dan jika berada di belakang mereka, hendaklah pendidik dapat melihat, menemukan, dan memahami bakat atau potensi-potensi yang timbul dan terlihat pada anak didik, untuk selanjutnya dapat dikembangkan dengan memberikan motivasi atau dorongan ke arah pertumbuhan yang sewajarnya dari potensi-potensi tersebut. (Ngalim Purwanto, 2002: 62-63)
Orang tua dalam mendidik anaknya tidak harus sama persis dengan para pendidik (guru) yang berada di lingkungan sekolah. Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar, disela-sela waktu luang orang tua dapat memberikan berbagai arahan bimbingan dan pendidikan, para orang tua harus menguasai dan menyesuakannya perkembangan anak, ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya yaitu :
Pertama: aspek kognitif mencakup didalamnya pengetahuan, pemahaman penerapan, analisa, dan evaluasi. Kedua, adalah aspek afektif mencakup penilaian, penentuan sikap, dan pembentukan pola hidup. Ketiga aspek psiomotorik mencakup persepsi, persiapan, serta kreatifitas. Ketiga aspek diatas haruslah menjadi prioritas utama bagi para pendidik atau orang tua dalam mendidik anak-anaknya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Karena dengan demikian orang tua telah melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik yang benar-benar memperhatikan kebutuhan anaknya.
Menurut Ramayulis, orang tua menjadi pendidik terhadap anak-anaknya fungsinya adalah melindungi, mengasah, mangasuh, dan mengasihi. Pendidikan dalam keluarga berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku dalamnya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga disini diletakkan dasar-dasar pergaulan melalui kasih sayang dan penuh kecintaan kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan.
Setiap waktu manusia tidak pernah lepas dari belajar, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Latihan dan pengalaman itu tidak saja diperoleh dari buku-buku atau sekolah saja tetapi dipelajari pula dari tingkah laku kehidupan sehari–hari dan kebiasaan dan tingkah laku, ini dipengaruhi oleh pola asuh yang berlaku dalam suatu keluarga. (Ramayulis, 2008: 60)
Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar potensi jasmaniyah dan rohaniyah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani seperti pemenuhan kebutuhan sandang pangan dan papan sedangkan potensi rohaniyahnya anak diupayakan pengembangannya secara wajar melalui usaha pembinaan intelektual, keagamaan, perasaan dan budi pekerti yang agung dan mulia.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan, penulis melihat dari kenyataan bahwa di MTs Annur Desa Hangtuah, khususnya kelas VII, terdapat keluarga yang orang tuanya berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan ternyata berhasil dalam mendidik anaknya menjadi anak yang berprestasi. Sebaliknya ada keluarga yang orang tuanya berpendidikan tinggi ternyata kurang berhasil dalam mendidik anaknya dalam arti lain prestasinya kalah dibandingkan dengan anak yang orang tuanya kurang berpendidikan. Keberhasilan mendidik anak disini adalah anak yang di sekolahnya pintar dan memperoleh prestasi yang baik.
Dari uraian di atas dan melihat gejala-gejala yang tampak, penulis merasa tertarik dan terpanggil untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul: “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Anak Kelas VII MTs. Annur Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Tahun Ajaran 2011-2012”.
Adapun alasan penulis memilih judul di atas sebagai berikut:
  1. Penulis merasa tertarik dengan judul diatas.
  2. Penelitian tentang Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Kelas VII MTs. Annur Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Tahun Ajaran 2011-2012 secara ilmiah, sepengetahuan penulis belum pernah diteliti.
  3. Dari segi pertimbangan dana, waktu dan tenaga serta lokasi penelitian masih terjangkau oleh penulis.
B.     Identifikasi Masalah
1.      Seberapa besar pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak.
2.      Apabila orang tuanya berpendidikan tinggi, apakah prestasi belajar anaknya juga tinggi.
3.      Jika tingkat pendidikan orang tua rendah, apakah prestasi belajar anaknya juga rendah.
C.     Pembatasan Dan Perumusan Masalah
  1. Pembatasan Masalah
  1. Mengingat terbatasnya waktu, tenaga dan kemampuan penulis yang tidak mungkin dapat melakukan pada semua jenjang sekolah, maka masalah penelitian dibatasi hanya pada anak Kelas VII MTs. Annur Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Tahun Ajaran 2011-2012 yaitu tentang “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap prestasi belajarnya”. Orang tua yang akan diteliti yaitu orang tua dari siswa kelas tujuh (VII).
  2. Dalam Penelitian ini, prestasi belajar siswa yang digunakan nilai raport, yaitu kemampuan siswa setelah menjalani proses belajar mengajar dengan indikator nilai raport semester I (satu/ganjil).
  1. Perumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini jelas dan terarah maka perlu adanya perumusan masalah, yaitu: Apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak. Untuk lebih jelasnya perumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apakah tingkat pendidikan orang tua yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak ?
b.      Apakah jika pendidikan orang tua tinggi, maka prestasi anak juga tinggi ?
c.       Apakah anak yang berprestasi rendah selalu dilatar belakangi oleh pendidikan orang tua yang rendah ?
D.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini :
a.       Untuk mengetahui tentang ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak Kelas VII MTs. Annur Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Tahun Ajaran 2011-2012.
b.      Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap prestasi belajar anak Kelas VII MTs. Annur Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Tahun Ajaran 2011-2012.

E.     Manfaat Penelitian
a.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para Orang tua/ibu dan dapat dijadikan rujukan atau sumber yang bermanfaat untuk memberikan motivasi atau dorongan terhadap prestasi belajar anak.
b.      Bagi Orang tua, sebagai bahan pemikiran untuk meningkatkan diri dalam bidang pendidikan, pengetahuan dan pengalamannya agar dapat membimbing anaknya untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, orang tua murid sebagai pendidik yang pertama dan utama dapat dijadikan informasi dan pertimbangan dalam mendidik dan mengarahkan anaknya agar mendapatkan prestasi belajar yang optimal.
c.       Memberikan informasi tentang Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap prestasi belajar anak.
d.      Sebagai bahan informasi bagi para peneliti yang akan mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
e.       Bagi peneliti sendiri, sebagai ajang latihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan menanbah wawasan untuk mendalami sebagai calon pendidik dan pengajar.

F.      Daftar Kepustakaan

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Revisi Terjemah, PT. Syaamil Cipta Media, 2005.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Cet. Ke-7, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2002.
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Cetakan Petama, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Edisi Kedua, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Edisi Revisi, Kalam Mulia, Jakarta, 2008.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar